KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia berharap antarnegara di regional Asia Tenggara (ASEAN), terutama antarnegara bertetangga Indonesia-Malaysia, bisa bersama-sama merintis dan meningkatkan kerjasama terkait pembangunan dan penguatan industri pertahanan di wilayah tersebut di masa mendatang.
Dengan penandatanganan MoU ini saya berharap negara-negara ASEAN bisa sama-sama membangun industri pertahanan dengan baik, terutama Indonesia dan Malaysia.
-- Purnomo Yusgiantoro
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kamis (22/4), yang bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menneg BUMN) Mustafa Abubakar, menghadiri penandatanganan memo kesepahaman (MoU) antar dua negara, PT Pindad (Indonesia) dan SME Ordnance Sdn Bhd (Malaysia).
Penandatanganan digelar di acara pameran senjata Defence Services Asia Exhibition and Conferrence 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia. Turut hadir menyaksikan, mewakili pemerintahan Malaysia, Perdana Menteri Malaysia Dato' Sri Mohd Najib bin Tun Hj Abdul Razak dan Menteri Pertahanan Malaysia Dato' Sri Zahid Hamidi.
"Dengan penandatanganan MoU ini saya berharap negara-negara ASEAN bisa sama-sama membangun industri pertahanan dengan baik, terutama Indonesia dan Malaysia," ujar Purnomo.
Saat ini industri pertahanan dalam negeri seperti PT Pindad punya sejumlah produk unggulan, yang diyakini berpotensi besar masuk ke pasaran ekspor. Beberapa produk senjata unggulan macam senjata personel Senapan Serbu, SS-1 dan SS-2 berbagai varian, dan kendaraan tempur Armored Personnel Carrier (APC) 6x6 Anoa.
Senjata SS-2 telah mengukir prestasi menjadi senjata andalan yang membawa Indonesia memenangkan kejuaraan menembak antar angkatan bersenjata di ASEAN dua tahun berturut-turut, 2008 dan 2009. Sedangkan APC 6x6 Anoa telah dipakai Pasukan Penjaga Perdamaian PBB asal TNI di Lebanon.
"Sekarang ini Indonesia berpotensi menjual APC 6x6 Anoa ke Malaysia sebanyak 32 unit. Tinggal menunggu sedikit urusan uji teknis dari pihak Malaysia. Jika berhasil, hal itu sekaligus bisa menjadi tanda kebangkitan kembali industri pertahanan nasional, terutama PT Pindad," ujar Mustafa Abubakar.
Selain potensi ekspor ke Malaysia, PT Pindad selama ini juga menerima pesanan dalam negeri untuk kebutuhan persenjataan TNI sebanyak 154 unit APC 6x6 Anoa. Sebagian telah digunakan di Lebanon.
Produk unggulan PT Pindad itu juga dipahami 25 persen lebih murah dari produk sejenis buatan negara lain. Terkait rencana pembelian oleh Malaysia tadi Mustafa lebih lanjut mengakui cara pembelian kemungkinan besar akan dilakukan dalam bentuk imbal dagang (barter) komoditas unggulan antar kedua negara.
Hal itu masih terus dibicarakan, terutama untuk mencari komoditas apa saja yang bisa diimbal dagangkan. Jadi mekanisme jual belinya nanti seperti barter antar komoditas. "Kemungkinan itu masih terus kami jajaki antar kedua negara. Jadi akan ada item komditas yang kuat produk Malaysia bisa diambil Indonesia begitu juga sebaliknya. Nanti akan kita pertukarkan," ujar Mustafa.
Mustafa juga membenarkan adanya ketertarikan pemerintah Malaysia, khususnya Kementerian Pertahanan negara jiran itu, untuk menjajaki kerjasama dengan PT PAL terkait perawatan kapal-kapal perang mereka.
"Peluang seperti itu sangat terbuka lebar, namun dalam pertemuan kali ini kami belum membicarakannya. Jangankan kapal-kapal negara tetangga, selama ini PT PAL sudah melakukan hal sama, melayani perawatan kapal-kapal asal negara lain seperti Italia," ujar Mustafa.
Sun May 23, 2010 6:17 pm